Weaning With Love

Mencoba untuk memulai kembali salah satu therapy jiwa yang favorite, bercerita lewat kata. Sudah sangat lama ternyata aktivitas ini ditinggalin. Sulit berbagi fokus lebih tepatnya. Semenjak menjadi seorang Ibu Rumah Tangga beranak dua yang merangkap menjadi freelancer juga plus mencoba berbisnis, ternyata cukup sulit meluangkan waktu untuk sekedar bercerita. Akhirnya bertekad untuk kembali ingin bercerita disini karena sedang memulai satu hal baru yang menantang dibandingkan dengan sebelumnya, MENYAPIH.

Menyapih kali ini terasa baru karena ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan dan dialami sebelumnya dengan si Sulung, Salvito. Pengalaman dengan putri kedua ini akan sangat berbeda. Dulu Salvito berhenti dengan sukarela tanpa ada drama. Selain memang dia sudah lupa dengan aktivitas menyusu, ada adiknya di dalam kandungan yang sepertinya membuat Salvito dengan sukarela berhenti menyusui langsung. Satu hal yang paling sangat Mima syukuri, menyapih tanpa drama. 

Adiknya Salvito, Hikari, lebih sulit ternyata. Alasannya bisa jadi karena Hikari semenjak lahir selalu menyusui langsung. Beberapa kali menyusui menggunakan botol, tapi tidak berlangsung lama karena Hikari menolak. Akhirnya direct breastfeeding menjadi pilihan. Kakaknya, Salvito, sudah terbiasa menyusu dengan botol karena sempat dititipkan di neneknya karena Mima harus bekerja. Hikari tidak terbiasa minum dari botol jadi tidak mungkin tiba-tiba diminta untuk minum susu dari botol. Jalan satu-satunya memang dengan kasih sayang dan pengertian.

Beberapa bulan sebelum hari ulang tahunnya, sudah sering sounding,

"Dek, kalau udah dua tahun adek berhenti nen  ya."
"Dek, sebentar lagi kan adek dua tahun, jadi adek gak nen lagi ya"
"Adek, kata Allah kalau udah dua tahun adek harus berhenti nen. Jadi, kita harus nurut sama Allah ya dek"

Jawabannya sih selalu,

"Iya..."
"Okay"
"Ya..."

Tapi ya prakteknya tetap ya, hihi. Sulit lepas nen. Mima tetap berusaha untuk mengurangi frekuensi nen adek. Kadang di distract dengan mainan, di distract dengan baca buku, minum air putih, snacking, bermain diluar, diajak menonton. Macam-macam kegiatan yang sekiranya bisa bikin Hikari lupa untuk minta nen. Hasilnya, lumayan berkurang. Biasanya sehari bisa berkali-kali meminta nen, sekarang sudah mulai berkurang. Paling sulit menjelang tidur siang dan malam. 

Kebiasaan Hikari kalau mau tidur harus nen. Akhirnya, dengan tekad bulat dan bermodal Bismillahirrohmanirrohim, Mima mencoba mengurangi rutinitas nen di malam hari. Kemarin, tanggal 27 Oktober pada malam hari menjelang tidur, Hikari berhasil tidak nen. Tertidur di pelukan Mima setelah dua kali minta digendong dan ke dapur untuk minum air dingin di kulkas. MasyaAllah, alhamdulillah. Akhirnya berhasil menidurkan Hikari di malam hari tanpa perlu nen dulu. 

Baru sepertiga malam, Hikari terbangun meminta minum air putih dengan Ayahnya dua kali dan keduanya ini terbangun histeris mengamuk. Alhamdulillah, Ayah sabar dan kooperatif. Tetap digendong tanpa mengeluh apapun. Terimakasih sayang. Barulah ketika Subuh, Hikari mencari nen lagi. Akhirnya Mima kasih dan alhamdulillah nen nya tidak lama.

Drama malam itu diakhiri dengan Hikari nen hanya di waktu Subuh saja. MasyaAllah, alhamdulillah. Kenapa tidak sekalian stop? Mima pikir, dalam waktu satu bulan ini Mima akan menjalani proses menyapih ini dengan cinta secara perlahan tapi pasti. Jika langsung stop sama sekali, Mima khawatir juga dengan Hikari. Masih ada waktu satu bulan sebelum akhirnya memang diharuskan stop sama sekali. Bismillah, biidznillah.



Comments

Popular Posts